Kamis, 30 Agustus 2018

Kitab yang Membaca Saya


Di meja kerja saya berdiri sebuah ukiran kayu kecil, karya seniman Tanzania tak dikenal. Itu menggambarkan seorang perempuan sedang berlutut. Yang menarik mata kita adalah wajahnya... yang seakan memancarkan rahasia besar yang memberinya sukacita mendalam. Rahasia itu jelas berkaitan dengan buku dengan salib yang ia pegang tinggi di atas kepalanya.
Dalam ukiran itu sang seniman ingin menangkap klimaks dari kisah yang sering diceritakan di Afrika Timur. Seorang perempuan sederhana selalu berkeliling membawa Alkitab tebal. Ia tidak pernah berpisah dari Alkitab itu. Segera para penghuni desa mulai mengejek dia: "Mengapa selalu Alkitab? 'Kan ada banyak sekali buku lain yang dapat kamu baca!" Namun demikian perempuan itu tetap saja hidup dengan Alkitabnya, tidak menjadi terganggu atau marah oleh semua ejekan itu. Akhirnya, suatu hari ia berlutut di tengah mereka yang menertawakannya. Sambil mengangkat tinggi Alkitab itu di atas kepalanya, ia berkata dengan senyum melebar: "Ya, memang ada banyak buku yang bisa saya baca. Tetapi hanya ada satu buku yang dapat membaca saya!"
Kisah ini adalah keseluruhan rahasia penelaahan Alkitab secara ringkas. Orang mulai dengan mendengarkan berita lama Alkitab, dengan menganalisis teks kuno tersebut, melalui membacanya -- entah secara naif atau kritis -- yaitu dokumen alkitabiah dari zaman purba. Mereka melakukan itu sebagai sesuatu yang menjemukan atau bersifat mengajar, yang orang Kristen harus lakukan atau sebagai sesuatu yang didorong oleh ketertarikan mereka secara historis, sastra atau teologis. Namun perubahan peran yang misterius bisa terjadi. Sementara mendengarkan, menganalisis dan membaca itu, para pelajar Alkitab berjumpa dengan realitas hidup yang mulai menantang mereka. Keluar dari berbagai kisah, teks dan dokumen Alkitab itu, satu Pribadi menjadi hidup: yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan bahkan lebih intim lagi Yesus dari Nazaret yang di dalam-Nya Allah Alkitab memilih untuk hadir di antara kita. Kehadiran ilahi ini mulai bertanya, menilai dan membimbing kita. Mungkin secara bertahap, mungkin tiba-tiba, buku yang menjadi objek pembacaan dan penelaahan kita itu menjadi subjek yang membaca kehidupan kita.
Tidak ada metode yang menjamin terjadinya perubahan peran misterius itu. Itu tidak datang dari kesanggupan akademis manusia atau pengajaran cerdas dan pengetahuan teknis. Itu adalah perubahan yang dikerjakan oleh kuasa Roh Kudus.
(Hans-Rudi Weber, Experiences with Bible Study. WCC, 1981, hlm. vii)

Kamis, 23 Agustus 2018

Inti dari Syafaat

Langkah pertama syafaat adalah melakukan "tindakan" tegas bersatu dengan arus kasih dan kuasa Allah, yang mengalir keluar tanpa henti dari hati-Nya dan kembali kepada diri-Nya lagi.
Membuat usaha sadar menyatukan kehendak dan hati kita dengan sungai kasih Allah yang mengalir terus menerus itu akan memberi kita energi yang tenang. Dengan menyadari bahwa kasih Allah mengalir melalui kita dan memakai kita sambil ia mengalir, semua ketegangan yang sifatnya alami semata akan lenyap. Jika penderitaan datang pada kita sementara kita bersyafaat, kita harus menerimanya, dan tetap berserah dengan tenang kepada Allah demi maksud-Nya. Jika kita mengalami kesukaran untuk "maju terus,"  sebaiknya kita menyelidiki hati apakah kita sedang mengupayakan agar Allah memberkati kita karena kita berusaha memuliakan Dia, ketimbang agar kita bersatu dengan kasih-Nya. "Karya terbesar yang dihasilkan oleh doa, bukan terjadi karena usaha manusia tetapi oleh kepercayaan manusia akan upaya Allah." Dalam doa semacam ini kita bersatu dengan kehidupan Allah terdalam, berbagian dalam karya-Nya. 
Hakikat dan inti dari syafaat adalah persembahan diri. Semakin dalam penyerahan kita kepada Allah, semakin sejati dan berkuasa doa syafaat kita. Doa syafaat sesungguhnya adalah prinsip dasar dari menjadi manusia, ia mengungkapkan hakikat kebersamaan komunitas manusia, dan ia mengungkapkan insting untuk memberi sampai ke kondisi pengorbanan yang merupakan unsur terdalam dari hakikat kita, dan digenapi sepenuhnya sekali untuk selamanya oleh Kristus di salib... Syafaat tersebut mencakup seluruh dunia, semua dosa kita, kekejaman dan kesengsaraan manusia, semua kengerian peperangan, semua keluh kesah orang yang terpenjara dan tertawan, kesengsaraan orang yang ditindas dan dibuang, keputusasaan semua orang yang jauh dari Allah. "Doa syafaat Kristen adalah penyempurnaan dan ungkapan dari pemberian diri." Kita mempersembahkan kasih kita yang papa dan tidak sempurna kepada Allah untuk menjadi saluran dari kasih-Nya yang sempurna dan menyelamatkan.  Kta mempersembahkan diri kita menjadi jalan yang melaluinya Allah akan menjangkau, menyelamatkan dan memberkati dunia ini.
(Olive Wyon, The School of Prayer, SCM Press, 1943, p. 115)

Sabtu, 04 Agustus 2018

Arti Hidup

Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. -- 1 Korintus 13:3
Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. -- Wahyu 2:4

Bersama seluruh umat Allah, dengan semua orang dari seluruh dunia, Anda diundang untuk menghidupi kehidupan yang melampaui segala pengharapan Anda. Sendirian, bagaimana mungkin Anda pernah mengalami gemerlap hadirat Allah?
Allah terlampau cemerlang untuk dapat ditatap. Ia adalah Allah yang membutakan penglihatan kita. Kristuslah yang menyalurkan api yang menghanguskan itu, dan mengizinkan Allah bercahaya melalui-Nya tanpa menyilaukan kita. 
Kristus hadir, dekat kepada setiap orang dari kita, entah kita mengenal Dia atau tidak. Ia sedemikian terlibat dengan kita sampai Ia hidup di dalam kita, bahkan ketika kita tidak menyadari Dia. Ia hadir secara rahasia, api itu yang menyala di dalam hati-Nya, terang dalam kegelapan.
Tetapi Kristus pun seorang yang lain dari diri Anda sendiri. Ia hidup, Ia berdiri melampaui, mendahului kita.
Inilah rahasia Dia, Ia mengasihi Anda lebih dulu.
Inilah arti kehidupan Anda: dikasihi selama-lamanya, dikasihi sampai kekekalan, supaya pada gilir berikutnya, Anda berani menghidupi kehidupan Anda. Tanpa kasih, apakah artinya hidup?
Mulai kini, dalam doa atau dalam gumulan, hanya satu hal yang celaka, kehilangan kasih. Tanpa kasih, apakah gunanya percaya, atau bahkan memberi diri Anda untuk berkorban?
Pahamkah Anda? Kontemplasi dan pergumulan bangkit dari sumber yang sama: Kristus yang kasih adanya itu.
Jika Anda berdoa, itu harus dari kasih. Jika Anda bergumul untuk memulihkan martabat diri orang yang dieksploitasi, itu pun harus karena kasih.
Setujukah Anda untuk terjun ke dunia nyata? Dengan menanggung risiko kehilangan hidup Anda karena kasih; bersediakah Anda menghidupi Kristus demi orang lain?
(Roger Schutz -- Brother Roger of Taize, Parable of Community, Texts of Taize, Mowbray 1980, pp. 49-50)

Jumat, 03 Agustus 2018

Yesus, Sahabat

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. -- Lukas 7:34
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. -- Yohanes 15:13-14

Ketika dalam lingkup relasi manusia, relasi orangtua-anak berakhir, ketika koneksi tuan-hamba dihapuskan dan ketika privilese yang didasarkan atas posisi seksual disingkirkan, maka hal yang sejatinya manusia muncul dan bertahan, itu adalah persahabatan. Manusia yang baru, yang sejati, manusia yang merdeka adalah sahabat. Keberadaan untuk orang lain dalam peraturan dan fungsi tatanan sosial memang keharusan. Tetapi itu hanya sah selama yang merupakan keharusan ada terus. Di pihak lain keberadaan bersama orang lain, dalam sikap bersahabat yang tidak menuntut, bebas dari desakan dan paksaan. Persahabatan adalah hasrat wajar untuk persekutuan manusia yang sejati, afeksi timbal balik yang direkatkan oleh kesetiaan. Semakin seseorang hidup bersama orang lain secara timbal balik, semakin privilese dan klaim dominasi menjadi tak berguna. Semakin orang saling percaya semakin kurang kebutuhan untuk saling mengatur. Arti positif dari masyarakat tanpa kelas yang bebas dari dominasi, tanpa tekanan dan privilese, terletak dalam persahabatan. Tanpa kuasa persahabatan dan tanpa adanya tujuan untuk dunia yang bersahabat tidak ada pengharapan bagi manusia dari konflik antar kelas dan konflik untuk penguasaan.
Alasan terdalam persahabatan Yesus dengan "para pemungut cukai dan orang berdosa" harus ditemukan di dalam sukacita perjamuan mesianik yang Ia rayakan bersama mereka. Itu bukan simpati, itu adalah sukacita melimpah dalam Kerajaan Allah, sukacita yang berupaya untuk berbagi dan menyambut, yang membuat Ia mendekat kepada orang yang terbuang di mata hukum taurat. Fajar Kerajaan dirayakan dalam perjamuan mesianik, yang kerap disebut sebagai perjamuan nikah. Penghormatan yang Yesus perlihatkan kepada yang tidak terhormat dan yang tertolak ketika Ia makan dan minum bersama mereka ditentukan oleh hukum anugerah. Yesus memberlakukan hukum anugerah dengan mengampuni dosa dan dengan bersekutu bersama pemungut cukai dan para pendosa. (Jürgen Moltmann, The Church in the Power of the Spirit, SCM Press, 1977, pp. 116-117)

Kamis, 02 Agustus 2018

Dalam Kebenaran

Janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." -- Matius 6:31-34; 7:9-11


"Sembahlah Allah dalam roh dan dalam kebenaran."  Dalam kebenaran, misalnya, ketika Anda berkata, "Dikuduskanlah Nama-Mu"; Apakah Anda sungguh berhasrat bahwa Nama Allah sungguh dikudus-tinggikan melalui perbuatan hidup orang lain dan diri Anda sendiri juga? Waktu Anda berdoa, "Datanglah Kerajaan-Mu"; apakah Anda sungguh merindukan datang mewujudnya Kerajaan Allah? Apakah Anda berharap menjadi kediaman dari Roh Allah, dan bukan kediaman dosa? Atau Anda lebih ingin hidup dalam dosa? Ketika Anda berkata, "Jadilah kehendak-Mu"; bukankah Anda lebih berusaha memenuhi keinginan sendiri ketimbang kehendak Tuhan? Ya, tidak? Waktu Anda memohon, "Berikanlah kami hari ini makanan kami secukupnya"; bukankah dalam hati Anda malah berkata seperti ini: "Saya tidak perlu meminta ini dari-Mu -- saya punya lebih dari cukup tanpa perlu meminta kepada-Mu, biar orang miskin saja yang berdoa semacam ini." Atau, bukankah kita dengan serakah meminta lebih, dan tidak pernah puas dengan sedikit atau dengan apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita? Kita tidak mengucap syukur  atas apa yang kita miliki sebagaimana seharusnya yang Tuhan mau bagi kita.
(St. John of Kronstadt, My Life in Christ, B#61, p. 3)

Rabu, 01 Agustus 2018

Progres Keselamatan

Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. -- Efesus 1:13-17

Supaya oleh pertumbuhan bertahap ... dan kemajuan dari kemuliaan yang satu ke kemuliaan yang berikut, terang Tritunggal boleh bercahaya ke atas orang yang lebih diterangi ... sebab alasannya ialah, menurut saya, Ia secara bertahap mendiami para murid-Nya. Ia memberi takaran diri-Nya kepada mereka sesuai kapasitas mereka menerima Dia; di masa pewartaan injil oleh-Nya, sesudah Sengsara-Nya, sesudah Kenaikan-Nya, menyempurnakan kesanggupan mereka, menghembuskan nafas ke dalam mereka, dan penampakan di dalam lidah-lidah api (Pentakosta)... Jadi Anda lihat, terang terbit atas kita secara bertahap, dan juga pengetahuan teologis menurut urutan tersebut, sebab itu lebih baik bagi kita, yaitu tidak mewartakan kebenaran terlalu mendadak tidak juga menyembunyikannya sampai akhir... Ia berkata segala sesuatu akan diajarkan kepada kita oleh Roh sendiri, yang dijadikan jelas kemudian hari  ketika pengetahuan sedemikian menjadi terpahami dan berterima sesudah pemulihan (kebangkitan) Juruselamat kita ketika kebenaran-Nya tidak lagi diterima dalam keraguan karena sifatnya yang menakjubkan.....
Sungguh Roh memancarkan kelahiran kembali, dan dari kelahiran kembali ke penciptaan baru kita, dan dari penciptaan baru ke pengenalan kita akan kemuliaan Dia yang dari-Nya semua proses pembaruan ini berasal... Lihatlah fakta-fakta ini: Kristus lahir, Roh membuka jalan bagi-Nya, Ia memimpin Dia naik, Ia membuat berbagai mukjizat, Roh menyertai mereka, Ia naik ke kemuliaan, Roh meneruskan posisi dan karya-Nya untuk kita.
(Gregory Nazianzus, Fifth Theological Oration, 26, 27, 28, 29 B#7, pp. 210-211)

Selasa, 31 Juli 2018

Tiada yang Mustahil bagi yang Beriman

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)" Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali. -- Matius 17:14-23

Alkitab mencatat bahwa ada masalah kurangnya iman baik pada orang yang membawa anaknya yang sering dirasuk roh jahat maupun pada para murid Yesus sendiri yang tidak sanggup menyembuhkan ketika diminta. Ini dibuktikan dari beberapa ucapan orang itu jika kita memeriksa catatan tentang peristiwa ini pada beberapa injil lainnya. "Jika Engkau dapat," "Tolonglah aku yang kurang iman ini," "para murid-Mu... tidak dapat menyembuhkannya." Dan juga dari komentar Yesus sendiri: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya" -- ini berarti Yesus menyatakan kondisi umum angkatan itu yang sedang dihadapkan dengan situasi sulit anak kerasukan roh jahat tersebut; dan jawaban Yesus kepada para murid bahwa mereka tidak dapat menyembuhkan karena "kamu kurang percaya" dan andai ada percaya sebesar biji sesawi saja (artinya iman yang hidup bukan dalam kehebatan diri sendiri tetapi yang mengandal penuh pada Allah Mahakuasa) -- "tidak ada yang mustahil!"
Bahwa prasyarat iman ini adalah kunci dari diterimanya anugerah penyembuhan akan nyata pada siapa saja yang melayani, bahkan pada pelayan yang dianggap kurang. Sebaliknya para murid yang sudah menerima karunia untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit (Matius 10:1) gagal dalam kasus ini, sebab tidak aktif mempraktikkan iman mereka -- dalam catatan tambahan nas ini, kurang berdoa-puasa. Kasus penyembuhan hamba Kornelius menunjukkan bagaimana iman menarik anugerah Roh bekerja; namun dalam kasus Elisa bahkan tanpa ada yang beriman, ketika mayat yang dicampakkan menyentuh tulang Elisa orang itu hidup kembali (2 Raja 13:21) -- ini menunjukkan dampak orang beriman bahkan sesudah mati. 
Secara sepintas nas ini juga menyatakan bahwa gagalnya operasi iman disebabkan para murid belum paham benar arti dan dampak salib Kristus. Sesudah Yesus mati dan bangkit, barulah kita jumpai kisah para rasul yang diberdaya penuh oleh Roh untuk memberitakan injil, disertai banyak tanda dan mukjizat... bahkan jika perlu dalam memindahkan gunung (yi. St. Gregory Theomaturgus, St. Mark the Ascetic).
(disadur dari St. John Chrysostom, Homily LVII on Matthew XVII, 3, 4, B#54, pp 354-355). 

Sabtu, 28 Juli 2018

Air

Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." -- Yohanes 4:13-14


Apakah oksigen-hidrogen ide ilahi tentang air? Atau Allah menaruh keduanya itu agar manusia boleh memisahkan dan menemukan unsur-unsur itu? Ia bagaikan ayah yang mengizinkan anaknya memereteli mainan, atau keduanya Ia ciptakan sehingga Ia dapat menceraikan unsur-unsur tersebut?... Soal mengurai dan menemukan unsur-unsur ini adalah pusat perhatian guru sekolah bukan perhatian utama seorang ayah. Untuk kita boleh menemukan gas apa saja yang menjadi unsur yang sedemikian serasi dan sanggup membentuk zat yang indah itu, harusnya merupakan wahyu yang melebihi soal air semata yaitu mengenai Allah yang menciptakan oksigen dan hidrogen. Tidak ada air dalam oksigen, tidak ada air dalam hidrogen; air mengalir bergelembung dari imajinasi Allah yang penuh kasih, mengalir riang dari takhta putih Allah yang bagaikan glacier. Pemikiran mendalam ini sendiri membuat kita terengah-engah oleh desakan sukacita hakiki yang tak seorang ahli metafisika pun sanggup menganalisisnya. Air itu sendiri, menari dan menyanyi, memuaskan dahaga... -- zat indah itu sendiri, yang sifat basahnya merupakan nikmat pada setiap senti tubuh manusia dalam guyurannya -- zat yang hidup itu sendiri, jika boleh saya ingin ia mengalir di sekujur tubuh saya,...-- air ini dalam dirinya sendiri, kenyataan-kebenarannya sendiri, karena itu adalah kenyataan-kebenaran Allah. Kiranya kita yang telah mengetahui kebenaran tentang Allah sang pencipta, mengalami dahaga mendalam, dan minum dari mata air sejati lalu mengangkat hati kita, bukan kepada saat penciptaan oksigen dan hidrogen melainkan kepada sang pencipta dan pengantara dahaga dan air, supaya kita boleh mencicipi bagaimana pengalaman berjumpa Allah bagi kehidupan kita. 
(Geoge Macdonald, The Mirrors of the Lord, in CS Lewis, Geoge Macdonald, An Anthology, Geoffrey Bles, 1946, p. 81)

"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 

Jumat, 27 Juli 2018

Horizon

Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu.  Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" -- Keluaran 3:2-3


Ketika berdiri di tepi pantai dan menatap ke kejauhan Anda dapat berpikir bahwa horizon -- pertemuan antara laut dan langit -- sebagai dua kemungkinan. Entah itu hanya sebuah garis yang membentang dari kanan ke kiri yang menegaskan batas pemandangan Anda, atau itu adalah sesuatu yang di baliknya terdapat horizon-horizon lain pertemuan laut-laut dan langit-langit berikutnya. Yang terakhir ini sama sekali bukan khayalan. Apa yang perspektif Anda nyatakan adalah fakta yang dapat dialami / dibuktikan. Anda mungkin tidak dapat pergi ke balik batas pemandangan Anda --  horizon Anda -- tetapi pengetahuan Anda tentang sifat fisik dari alam semesta adalah jaminan cukup tentang fakta dan bentuk yang sungguh ada di balik horizon Anda itu. Jika Anda ingin memeriksa hal-hal di balik batas pemandangan kini, Anda harus bersedia pergi menuju mereka, tetapi Anda tidak memerlukan jaminan tentang eksistensi mereka. Garis horizon itu adalah pembatas bebas, sesuatu yang nyata namun yang bukan seperti pinggir meja yang tidak berubah.
Penerimaan akan dunia kerohanian dapat menjadi cara wajar memahami hidup -- senyata seperti melihat televisi, tetapi dengan tambahan dimensi baru. Pengetahuan kita tentang hakikat spiritual dari alam semesta fisik memberitahu kita bahwa horizon kita tidak hanya satu-satunya itu, bahwa sifat konkrit kenyataan fisik bukan keseluruhan realitas, bahwa sifat spiritual di dalam kenyataan fisik -- bersama membentuk keseluruhan dan keutuhan realitas sejatinya.
(Hubert van Zeller, The Currentof Spirituality, Templegate Publishers, 1970, pp. 64-65)

Perlu keingintahuan, keberanian Musa untuk menapak maju dan mendekat, untuk masuk ke horizon di balik horizon, untuk memiliki kecerdasan eksperiensial-spiritual-teologis-misional yang direntang-luaskan.

Kamis, 26 Juli 2018

Potensi Manusia

Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, -- belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu -- ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. -- Kejadian 2:4-7

Mencapai keutuhan dan kekudusan mengharuskan kita menyeberangi medan sukar kehidupan nyata dengan semua tantangan dan krisis di dalamnya. Bahkan di akhir dari upaya sepanjang hidup, kita masih butuh dilengkapi oleh sentuhan penuntasan dari sang seniman ilahi. Saat itu Allah akan menyempurnakan di dalam kita desain kekal yang disuratkan-Nya untuk manusia yaitu agar mengasihi sepenuh hati. Sementara menantikan sentuhan pengutuhan dari anugerah ilahi itu, kita para musafir dipanggil untuk menapak tilas Jalan Yesus. Dan Tuhan yang berjalan bersama kita menjamin kita akan senantiasa Ia berkati. Berkat-berkat yang dari-Nya sepanjang hidup ini tidak senantiasa menyenangkan, tetapi akan selalu mendorong kita maju dalam usaha untuk mengasihi sebagaimana yang Allah inginkan.
Seorang rabbi sekali waktu ditanya, "Apakah berkat itu?" Sebelum memberikan jawabannya lebih dahulu ia memberikan tebakan yang memakai kisah penciptaan di Kejadian. Tebakannya begini: Setiap kali Allah menyelesaikan karya-karya-Nya di lima hari pertama, Alkitab berkata "Allah melihat itu dan berfirman itu baik adanya." Tetapi tidak dicatat Allah mengomentari baiknya ciptaan yang di hari keenam ketika manusia selesai Ia bentuk. "Kesimpulan apa dapat Anda ambil dari hal ini?" tanya sang rabbi. Seseorang mencoba. "Kita dapat menyimpulkan bahwa manusia tidak baik." "Boleh jadi," angguk sang rabbi, "tetapi sepertinya bukan itu jawabannya." Ia lalu menjelaskan bahwa kata Ibrani yang dipakai untuk "baik" di Kejadian adalah "tov", yang lebih tepat diterjemahkan sebagai "lengkap." Jadi, simpulan rabbi itu, "Allah tidak menyatakan bahwa manusia itu "tov" / lengkap." Manusia diciptakan tidak lengkap. Merupakan panggilan seumur hidup kita untuk bekerja sama dengan pencipta kita dalam memenuhi potensi Kristus di dalam setiap kita. 
Wilkie Au, By Way of the Heart, Toward a Holistic Christian Spirituality (Geoffrey Chapman, 1990, pp. 202-2-3)

Rabu, 25 Juli 2018

Manusia Utuh dan Penuh

TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. -- Kejadian 2:7

Apakah manusia terdiri dari jiwa saja? Bukan! Jiwa hanyalah jiwa. Jadi, tubuhkah yang membentuk manusia? Bukan! Tubuh hanyalah tubuh. Konsekuensinya, karena dua komponen ini bila dipisah tidak membentuk manusia, pastinya kesatuan yang terbentuk oleh penggabungan keduanya saja yang layak disebut manusia. Jelasnya, keseluruhan pribadi itulah yang telah Tuhan Allah panggil ke kehidupan dan ke kebangkitan, dan bukan hanya sebagian. Manusia seutuhnya dan sepenuhnya yang dipanggil, artinya ya jiwa ya tubuh. Jika demikian, bagaimana mungkin diakui bahwa yang satu harus diselamatkan tanpa yang lain padahal keduanya dibentuk sebagai kesatuan yang tak dapat diceraikan? Begitu kemungkinan untuk tubuh mengalami kelahiran baru diakui, alangkah tidak fair diskriminasi yang hanya menganggap jiwa yang diselamatkan tanpa tubuh. 
(Justin Martyr, Fragment 8, dikutip dari Olivier Clement, The Roots of Christian Mysticism, tr. Theodore Berkeley and Jeremy Hummerstone, New City 1993)

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.  -- Roma 12:1

Selasa, 24 Juli 2018

Dahsyatnya Kita

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. -- Kejadian 1:26-27
Kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. -- 2 Korintus 6:16

Ketahuilah seluas apa sang pencipta telah memberi Anda kehormatan melebihi ciptaan-Nya lainnya. Angkasa bukan citra Allah, bukan juga bulan, matahari, bukan bintang-bintang yang indah gemerlap, bukan apa pun yang dapat dilihat dalam seluruh ciptaan. Hanya Anda yang telah dicipta sebagai citra dari realitas yang melampaui segala pengertian, keserupaan dari yang mahaindah dan yang tak dapat binasa, cetakan dari yang ilahi sejati, penerima keberkatan, meterai dari terang sejati. Ketika Anda datang kepada-Nya Anda menjadi sesuatu yang adalah Ia dalam diri-Nya sendiri... Tidak ada apa pun di antara segala keberadaan yang dapat menandingi keagungan Anda. Allah sanggup mengukur seluas bentangan langit dengan jengkal-Nya. Bumi dan laut serta segenap isinya ada dalam cekungan telapak tangan Allah. Dan meski Ia sedemikian besar dan memegangi semua ciptaan dengan telapak tangan-Nya, Anda sanggup berpegangan kepada-Nya, Ia tinggal di dalam Anda dan bergerak dalam Anda tanpa kendala, sebab Ia telah berfirman, "Aku akan hidup dan bekerja di tengah-tengah mereka."

(Gregory of Nyssa, Second Homily of the Song of Songs)

Sabtu, 21 Juli 2018

Hanya Lima Roti Dua Ikan

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.  -- Matius 14:14-21

Ada apa dalam diri Yesus -- sikap-Nya, ajaran-Nya, perhatian-Nya kepada orang banyak itu -- sehingga mereka sepanjang hari sampai malam tetap ingin di dekat Dia, tidak merasakan lapar dan lelah sedikit pun? Demikian pun halnya dengan para murid?
Perhatikan bagaimana sikap-Nya pada kebutuhan jasmani orang banyak itu -- mereka yang sakit, dan ketika para murid mengingatkan bahwa mereka pasti sudah sangat lapar juga -- bagaimana respons Yesus? Mengapa Ia tidak langsung saja mengatakan, "Aku akan membuat mukjizat yang menunjukkan Akulah yang memberi manna pada nenek moyangmu di padang gurun dan yang akan membayang-bayangi dan meneguhkan apa yang kelak akan Ku buat memberikan tubuh dan darah-Ku menjadi sumber kamu semua mendapatkan hidup yang kekal"? Atau, "Aku akan memberi mereka makan"? Tetapi, "Kamu harus memberi mereka makan."
Apa arti perkataan para murid, "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan"? Dan bagaimana dampak perintah-Nya, "Bawalah ke mari kepada-Ku" pada para murid yang sendirinya membutuhkan bekal tersebut?
Apa makna gestur Yesus yang sangat mungkin ditangkap oleh para murid dengan Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat dan menyuruh para murid membagi-bagikan roti dan ikan itu. Sanggupkah mereka menangkap -- hubungan Yesus dengan Bapa yang begitu akrab; arti dari "Ia memberkati roti dan ikan itu" dan bukan memohon berkat kepada Bapa -- bahwa itu semua mengisyaratkan bahwa Ia sesungguhnya yang memelihara langit dan bumi dan segenap isinya, yang membuat setiap makhluk boleh beroleh makan pada waktunya, dan yang dalam inkarnasi-Nya telah berulang kali merasakan lapar yang dialami manusia -- Ia kini yang sedang bertindak memberi makan, menopang kehidupan manusia.
Perhatikan beberapa hal ini: "Kamu beri mereka makan...; kami HANYA memiliki ...; mereka membawa dan menyerahkan kepada Ia yang memerintahkan itu...; Ia menengadah ke langit memberkati, memecah-mecahkan dan memerintahkan untuk dibagi-bagikan... semua makan sampai kenyang... sisa dua belas bakul penuh." 
Apa / Berapa yang kita punya? Sediakah kita berikan itu kepada-Nya untuk menjawab kebutuhan bersama orang lain? Percayakah kita akan kuasa-Nya yang telah memberikan tubuh dan darah-Nya untuk menghidupkan kita yang mati dalam dosa untuk juga memberkati yang sedikit dan terbatas punya kita untuk melipat-ganda memberkati banyak kebutuhan bersama orang lain?

Jumat, 20 Juli 2018

Yang Kuat Menanggung Yang Lemah

Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku." Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. -- Roma 15:1-7

Di nas lain ia (Paulus) juga menulis, "Kamu yang rohani harus memimpin orang yang melakukan pelanggaran" (Gal. 6:1). Apakah Anda kuat / berkuasa / berpengaruh? Kembalikan kepada Allah yang telah membuat Anda menjadi demikian. Anda akan sepatutnya berbuat  itu jika Anda membuat yang lemah dan bermasalah menjadi pulih. Sebab  kita sendiri pun lemah, tetapi oleh anugerah kita telah menjadi kuat. Dan ini harus kita lakukan bukan saja dalam kasus tadi, tetapi juga kepada mereka yang lemah dalam artian lain. Misalnya, jika seseorang dikuasai nafsu, atau kurang ajar, atau kegagalan lainnya, tanggunglah bersamanya. Bagaimana itu dilakukannya? Dengarkan bagian berikut ini... Yang ia katakan ialah "Apakah kamu kuat? Izinkan yang lemah mencoba kekuatan Anda. Izinkan ia datang untuk mengalami kekuatan Anda, sukakan dia... Dan jika Anda kaya atau berkuasa, jangan hanya menyenangkan diri Anda sendiri tetapi bantu yang miskin dan kekurangan, sebab dengan cara ini Anda kelak akan menikmati kemuliaan sejati untuk dinikmati, dan melakukan lebih banyak pelayanan. Sebab kemuliaan dari perkara-perkara dunia ini segera berlalu, tetapi yang dari perkara-perkara Roh yang menetap, yaitu jika Anda melakukannya untuk membangun.
(St. John Chrysostom, Homily XXVII on omans X, B#55, p. 535)

Kamis, 19 Juli 2018

Memuliakan Allah dalam Segala Hal

Mg. ke-8 Sesudah Pentakosta: Baca: 1 Korintus 10:28-11:7; Matius 16:24-28

Makan, Minum, atau Apa saja yang Kamu Lakukan, Lakukan semua untuk Memuliakan Allah

Anda lihatkah bagaimana dari pokok yang ia hadapi (makan dan minum) Paulus menarik kesimpulan umum, sebuah tujuan hidup istimewa bagi semua kita yaitu Allah harus dimuliakan di dalam segala sesuatu... Sebab jika kita "terang" dan "ragi" dan "bercahaya" serta "garam" -- kita harus menerangi bukan menjadi gelap, mengikat bukan melepas, menarik orang belum percaya bukan membuat mereka menjauh. Jadi mengapa Anda menyebabkan mereka menjauh yang seharusnya datang kepada Anda?... Jadilah peniru-peniru Kristus... Inilah prinsip Kekristenan yang paling sempurna... tonggak penting... yaitu mengupayakan segala sesuatu untuk manfaat bersama... Sebab tidak ada hal yang lebih mungkin membuat orang ingin mengikut dan meniru Kristus selain memerhatikan sesamanya... Jadi, Anda saudara, meski Anda harus tanpa makanan, meski harus sampai tidur tanpa alas, kendati harus makan debu dan meratap, tetapi jika Anda berbuat baik kepada orang lain, Anda sesungguhnya melakukan perkara besar.
(St. John Chrysostom, Homily XXV tentang 1 Korintus X. 3, 4. B#56, pp. 145-146

Jadilah Peniru ku, sebagaimana aku meniru Kristus

Marilah kita menjadi seperti Kristus, sebab Kristus telah menjadi seperti kita. Marilah kita menjadi allah-allah oleh karena Dia, sebab Ia demi kita telah menjadi manusia. Ia menanggung kepada diri-Nya derajat yang rendah supaya Ia boleh memberi kita derajat tinggi. Ia telah menjadi miskin supaya melalui kemiskinan-Nya kita boleh menjadi kaya (2 Kor. 8:9). Ia mengambil untuk diri-Nya rupa seorang hamba (Fi;. 2:7) supaya kita boleh dilepaskan dari perbudakan (Rm. 8:21). Ia turun supaya kita boleh bangkit. Ia dicobai supaya kita boleh belajar untuk mengatasi dan menang. Ia ditolak supaya... kita boleh diberikan kehormatan. Ia mati supaya Ia boleh menyelamatkan kita dari kematian. Ia naik ke surga supaya kita yang terkapar dalam dosa boleh diangkat naik ke dalam Dia.
(St. Gregory of Nazianzus, On the Holy Pasch, Sermon 2, V, B#25, Vol. 2, p. 220).

Dikutip dan diterjemahkan dari Buku:The Bible and the Holy Fathers for Orthodox. Compiled and edited by Johannes Manley with a foreword by Bishop Kallistos of Dioklela (Monastery Books, Mnlo Park, California, 1990).

Selasa, 17 Juli 2018

Menjadi Murid

Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. -- 2 Petrus 3:16

Komentar Petrus tentang tulisan Paulus ini sebuah pujian atau kritikan? Apakah maksud dari: "dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami"? Ini bukan bicara tentang gaya tulisan Paulus melainkan tentang isi tulisannya. Bagian tentang apa saja yang dimaksud Petrus sebagai hal yang sukar difahami itu? Paulus menulis banyak hal seperti tentang berbagai aspek ajaran mengenai keselamatan, tentang siapa sejatinya Yesus Kristus, tentang pengharapan kekal orang percaya, tentang kebangkitan, tentang Roh Kudus dan karya-Nya dalam kehidupan orang percaya dan untuk Gereja, tentang akhir zaman. Mungkin yang dimaksud bagian sukar itu adalah konteks dekat nas ini yaitu ajaran tentang akhir zaman. Tetapi mengingat Petrus juga bicara tentang keselamatan, tentang percikan darah Yesus, tentang pengharapan yang tidak layu, cemar atau binasa, maka kemungkinan besar berbagai ajaran ini pun termasuk sukar difahami.
Nas ini pasti bukan sedang mengkritik Paulus sebab bagian sesudahnya bicara tentang mereka yang "tidak memahami dan tidak teguh iman, memutarbalikkan" bukan saja tulisan Paulus melainkan juga tulisan lain termasuk tulisan Petrus dan tulisan para nabi yang sebelumnya telah diingatkan oleh Petrus bahwa itu tidak boleh ditafsirkan semaunya. Jadi masalahnya bukan terletak pada tulisan para nabi atau para rasul -- kendati memang bahwa isi tulisan mereka mencakup hal-hal yang berbobot ilahi dan karenanya memang berat dan tidak boleh / bisa difahami dengan kaidah-kaidah akal manusia semata. Maka masalah lebih besar adalah pada orang yang tidak memahami dan tidak teguh iman. "Tidak memahami" boleh diterjemahkan sebagai tidak [bersedia] belajar / diajar -- karena datang dari dua kata "a" (tidak) dan "mathes/matheo" (belajar); "tidak teguh iman" bicara tentang keadaan tidak mengakar dalam kebenaran pokok-pokok iman. Maka peringatan keras Petrus sebenarnya tertuju pada orang yang tidak mau sungguh menjadi murid dari firman kebenaran dan yang memang imannya asal-asalan.
Ada hubungan erat antara tidak mau menjadi murid, tidak memiliki iman yang mengakar teguh mendalam dengan memiliki "biblical literacy" -- keaksaraan alkitabiah / celik Alkitab. Seharusnya orang percaya haus dan lapar akan kebenaran / air susu yang rohani dan sejati karena hidup ilahi di dalam kita menggeliat ingin bertumbuh-tambah mendewasa. Maka, apabila berjumpa isi Alkitab terlepas dari ringan atau berat isinya, harusnya ada semangat murid, kerinduan belajar, membuka diri dalam doa kepada pencerahan dari Roh Kudus dan melalui ajaran hasil gumulan orang percaya dari zaman ke zaman (ajaran Kristen historis). 
Jadi, ayo tidak cukup mengakui Alkitab adalah firman-firman Allah, tetapi milikilah kerinduan dan komitmen untuk mempelajarinya dalam pertolongan Roh dan persekutuan Tubuh Kristus.

Sabtu, 14 Juli 2018

Kitab Suci

Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi...Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" -- Lukas 24:27-32

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. -- 2 Timotius 3:16-17
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah....kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. -- 2 Petrus 1:20-21; 3:16

Menarik menimba hal-hal penting tentang Kitab Suci dari berbagai prinsip yang tertampung dalam nas-nas ini.
1. Mengapa kita menerima otoritas Alkitab? Karena adanya klaim-klaim para nabi dan penulis lainnya bahwa mereka digerakkan Allah, firman Tuhan datang kepada mereka, Allah menyuruh mereka berbicara...? Lalu bagaimana kita boleh meyakini bahwa klaim-klaim dari begitu banyak orang adalah sungguh dan benar? Menyimak Perjanjian Lama, kita melihat bahwa klaim dari para nabi memang disadari oleh penerimanya sebagai berasal dari Allah dan mengandung "bobot" firman Allah serta firman-firman antara para nabi itu sendiri berkesesuaian. Ini adalah sebagian "bukti" bahwa Alkitab memang adalah firman Allah. Tetapi, alasan terakhir mengapa kita menerima otoritas Perjanjian Lama adalah karena Yesus Kristus Juruselamat dan Tuhan kita menundukkan diri kepada firman tertulis, menjadikan firman tertulis bingkai bagi arti hidup dan misi pelayanan-Nya, menjadikan firman tertulis juga sebagai sumber ajaran-Nya dan pengarah tindakan-Nya. Demikian juga para rasul mengikuti teladan Yesus Kristus memperlakukan Perjanjian Lama.
2. Lalu bagaimana dengan Perjanjian Baru? Bukankah pada zaman Yesus Kristus hidup belum ada tulisan-tulisan yang kini kita akui sebagai Perjanjian Baru? Bukankah para rasul sendiri sekilas boleh dikatakan bahwa mereka tidak memaksudkan tulisan mereka akan dijadikan Kitab Suci Perjanjian Baru? Pendapat terakhir ini tidak sepenuhnya benar. Sejak hari-hari pertama lahirnya komunitas petobat dan pemercaya di Kisah para Rasul, mereka telah menjadikan ajaran para rasul sebagai semacam kerangka untuk isi iman dan manifestasinya ke perilaku mereka. Ajaran para rasul ini juga telah disadari "berbobot" firman berotoritas dan sungguh menggenapi janji Yesus Kristus bahwa Roh Kudus akan membimbing mereka ke dalam segala kebenaran. Inilah yang kita simak dalam pengakuan Petrus tentang tulisan Paulus: "berhikmat, dikaruniakan" Roh kepadanya, serta mencakup "hal-hal yang berat (baca: sarat kebenaran ilahi)" yang membuatnya tidak boleh dibaca / ditafsir seenaknya sebagaimana juga nubuat para nabi tidak boleh diperlakukan demikian. Adanya petunjuk bahwa paling tidak ada kesesuaian antar tulisan-tulisan para rasul, atau bahkan saling belajar dan saling melengkapi sangat mungkin karena surat-surat mereka beredar cukup luas.
3. Terakhir, di balik semua ini -- bahwa begitu banyak penulis dan kitab Perjanjian Lama, juga penulis dan kitab Perjanjian Baru, di rentang waktu, zaman, konteks sosial-budaya-religius berbeda-beda namun terdapat kesesuaian yang mencengangkan terutama bicara tentang siapa Allah, bagaimana sifat-Nya, apa kehendak-Nya bagi manusia; siapa manusia, apa tujuan kini dan kelak manusia hidup, bagaimana sampai manusia mengalami sengsara dan bagaimana jalan keluarnya, dst. -- ini semua adalah sebab di balik pikiran, gumulan, penelitian, pilihan gaya tulisan dan ungkapannya dari para penulis PL dan PB ada aktivitas Roh Allah mengilhamkan, membimbing, memurnikan, memberdaya mereka. Dan, karena itu di dalam kita kini perlu sangat pemberdayaan Roh yang membangkitkan api semangat membaca-merenung Alkitab, mengakui otoritas Alkitab, menafsir dengan benar, sampai menyimpan dan memberlakukannya sepanjang hidup.

Jumat, 13 Juli 2018

Komune antar Hamba Tuhan

Setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya. Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Galatia 2:9-11

Seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. --- 2 Petrus 3:15

Menjelang akhir suratnya Petrus tiba-tiba menyebut tentang Paulus. Bahwa Petrus dan Paulus saling mengenal dan beberapa kali terjadi perjumpaan penting kita ketahui dari catatan di Kisah para Rasul, juga di surat Galatia dan Korintus. Catatan tentang  para rasul lain dan perjalanan misi mereka tidak kita dapatkan dalam Kisah para Rasul pasca pengutusan misi dari gereja di Antiokhia. Sebab sesudah itu hanya tentang Paulus dan timnya yang dicatat.
Dari catatan Petrus ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan menarik:
1. Meski pernah ditentang terang-terangan oleh Paulus, Petrus jelas menerima teguran itu dan kini menunjukkan bahwa
2. Ia menganggap / menyebut Paulus sebagai "saudara yang kekasih."
3. Bahwa surat-surat yang Paulus tulis rupanya disalin dan beredar ke banyak jemaat-jemaat termasuk ke wilayah di mana Petrus melayani.
4. Bahwa Petrus bukan saja tahu adanya surat-surat dari Paulus tetapi ia mencermati. Ini beralasan mengingat dalam era gereja perdana kerasulan Petrus, Yakobus dan Yohanes sangat diakui.
5. Lebih dari sekadar mencermati dalam artian menguji kesesuaian dengan ajaran rasuli, Petrus mengakui bahwa tulisan Paulus berhikmat karena berasal dari karunia Allah kepadanya -- dengan kata lain Petrus mengakui keilhaman tulisan Paulus.
6. Dan karena itu Petrus menyatakan Paulus sebagai yang berotoritas dalam pengajaran kebenaran. Kita dapatkan poin 5 dan 6 ini dalam gema kemiripan bukan saja isi ajaran tetapi juga gaya penyampaian dalam surat-surat Paulus di dalam surat-surat Petrus juga. 
7. Kesesuaian ajaran, kekanonan ajaran di antara para rasul oleh karenainya terjadi karena 1) karunia pengilhaman Roh Kudus, dan 2) komunikasi melalui surat edaran / salinan dan kontak pribadi langsung atau tidak langsung, dalam hal ini melalui Markus yang pernah mengikut Paulus, Barnabas, Petrus dan kembali berguna bagi Paulus sesudah proses berlangsung.

Kita perlu menarik pelajaran dan menerapkan kesimpulan di atas di antara kita sesama aktivis gereja, pemimpin gereja, pendeta, pembina rohani, guru agama, dlsb. Pentingnya: sikap saling merendah dan belajar satu sama lain, saling melakukan dan menerima tegur-menegur yang sehat, saling menyadari dan mengakui karya dan karunia Roh Kudus di dalam masing-masing.

Kamis, 12 Juli 2018

Hari Tuhan (4)

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. -- Yesaya 11:6
Sungguh, Akulah yang dinanti-nantikan pulau-pulau yang jauh; kapal-kapal Tarsis berlayar di depan untuk membawa anak-anakmu laki-laki dari jauh, perak dan emasnya dibawa serta, untuk nama TUHAN, Allahmu, dan oleh karena Yang Mahakudus, Allah Israel, sebab Ia mengagungkan engkau. -- Yesaya 60:9
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." -- Wahyu 21:1-4
Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. -- Roma 8:21-22
Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.  -- Petrus 3:10-15

Apa maksud bumi dan langit yang sekarang ini akan dimusnahkan oleh gemuruh yang dahsyat dan api? Apakah bumi dan langit yang sekarang ini sama sekali akan punah dalam arti ditiadakan serta bumi baru dan langit baru nanti sama sekali baru serta tidak ada hubungannya dengan yang sekarang? Ini bukan pertanyaan yang semata spekulatif, sebab bagaimana kita memahami jawabannya akan berpengaruh pada bagaimana kita menjalani kehidupan di langit-bumi kini!
Alternatif pertama, bumi dan langit kini akan berlangsung terus. Tidak akan ada kiamat, karena tidak akan ada penghakiman akhir, Tuhan tidak akan memenuhi janji dan peringatannya. Apabila demikian, apa perlunya orang hidup mengantisipasi dan mengharapkan kedatangan Tuhan, apa gunanya hidup suci dan saleh? Jelas, ini pandangan yang ditolak rasul Petrus, ditolak oleh Paulus, oleh para nabi Perjanjian Lama dan oleh Yesus Kristus sendiri.
Alternatif kedua, bumi dan langit yang sekarang ini akan dihukum, dibinasakan, dilenyapkan. Alasannya jelas, karena dosa yang telah mencemari, merusakkan dan membelokkan ciptaan serta semua makhluk di dalamnya dari maksud pertama Allah mencipta. Jika ini benar yang akan terjadi, tidak heran bila banyak orang percaya menjadi apatis, pesimis, tanpa harapan mengenai kenyataan hidupnya kini. Kerja tidak perlu bersungguh sebab tidak ada hubungannya dengan yang kekal nanti, semua kegiatan budaya, sosial, ekonomi, politik sesungguhnya tidak perlu sebab toh nanti semua ini akan musnah. Lalu, apakah sungguh ini jawaban yang benar, jika berimplikasi buruk seperti itu?
Alternatif ketiga, bumi dan langit yang sekarang memang akan dihukum, dibakar oleh api dari segala sesuatu yang telah dicemari dosa, supaya terjadi proses pemurnian dan di dalam serta melalui tindakan penghukuman-pemurnian itu Allah bekerja menghasilkan langit baru dan bumi baru, dalam artian yang sungguh baru tanpa ada unsur, anasir, sifat rusak, cemar, dosa dari yang lama ini. Melihat beberapa wahyu Alkitab sepertinya pandangan ini yang lebih mendekati kenyataannya nanti. Mengingat juga bahwa semua karya Allah dalam Yesus Kristus menyebabkan Ia berinkarnasi, mati dan bangkit, serta di keadaan pasca-kenaikan Ia membawa semua tanda-ajaib karya kematian-Nya, dan bahwa kebangkitan Yesus adalah kebangkitan Yesus yang sama yang juga bertubuh meski tubuh kemuliaan... maka, cukup dapat diterima bahwa langit baru dan bumi baru kelak masih ada hubungannya dengan langit dan bumi kini, meski secara radikal berbeda dalam hal ketiadaan dosa dan kefanaan.
Jika demikian, maka dalam menjalani kehidupan ini kita bukan saja harus memiliki motivasi, sifat dan cara yang benar tetapi juga boleh mengandai-andai bahwa dengan yang nanti masih ada dari yang kini boleh kita bawa sebagai persembahan kepada Tuhan dan boleh kita hayati lanjut dengan penuh kesukaan. Itu sebabnya orang Kristen tidak saja boleh tetapi harus berdampak nyata dalam bidang kesehatan, ekologi, politik, ekonomi, pendidikan, dst. sebab di langit baru bumi baru kelak kita bukan hanya akan bersantai kekal selamanya!